QS2:163-164

November 25, 2013 at 10:31 pm | Posted in katarsis, ngoceh, tuhan | 4 Comments
images

hanya sebuah ikon

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

***

Saya dulu bertanya kenapa orang tidak sembahyang. Saya pikir itu karena mereka malas. Lalu, saya revisi pandangan saya yang itu. Karena, saya pikir mereka tidak salat karena mereka lemah iman; mereka tidak sungguh-sungguh percaya bilasanya Tuhan itu ada, di atas sana, merasa kecewa dengan dosa-dosa. Lalu, saya revisi lagi pandangan saya yang itu. Saya pikir, bagaimana mungkin orang tidak percaya Tuhan apabila yang pokok dari ada adalah misteri, apabila malam-malam yang berasap di stasiun kereta sama sekali tidak bisa dipahami apa dan kenapanya: kehidupan yang terberi, terjadi begitu saja, tanpa ada penjelasan yang jelas. Jadi, mungkin lebih masuk akal kalo saya bilang orang malas saja. Bukan malas salat, tapi malas untuk memikirkan segala hal yang tidak ada gunanya untuk dipikirkan, seperti “silih bergantinya malam dan siang” atau “bahtera yang berlayar di laut”. Dan, saya harus memaklumi itu. Karena itu tabiat manusia: malas dan egois. Saya lupa kenapa saya tidak lagi menulis puisi. Saya tidak tahu kenapa tidak semua orang mencintai sajak-sajak, menghayati yang seni dari keberadaan, seperti ketika mereka memejamkan mata di atas kereta dan mendengar bunyi kereta dan obrolan dua, tiga orang-orang asing entah di sebelah mana gerbong kereta. Hidup terasa begitu lama dan singkat dalam waktu yang bersamaan. Itu kali sebab Tuhan, seperti puisi, terasa begitu asing bagi mereka yang memilih untuk mengalir bersama waktu, bersama rutinitas, tanpa renungan, tanpa pikiran.

Next Page »

Create a free website or blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.